Senin, 20 Februari 2012

Teruntuk : Warna paling terang dalam hidupku

Bismillahirrahmanirrahiim

Ba'da tahmid wa shalawat



Assalamu'alaykum, akhi Ferli..ups! Ukhtie Risma..



Dear, Risma

Tahun ini sa senang sekali, karena ini tahun kabisat. Artinya, akan ada hari lahirmu di tahun ini. Akankah ada syukuran seperti empat tahun yang lalu? ;)



Beberapa hari lagi dirimu akan menginjak usia yang sama denganku, Barakallah ya,ukht.. :)



Beberapa hari ini aku sering memikirkan, hadiah apa yang akan kuberikan untukmu di tahun ini. Akankah Black Forest bermandikan coklat tebal? Atau.. :think



Ah, apapun itu ukht, nantilah kupikirkan lagi, toh masih ada waktuku delapan hari lagi untuk memikirkannya.. ;D



Risma,

Mungkin memang agak melow(drama) walaupun tak sedramatis film-film korea yang sering dirimu tonton, tapi yakinlah susunan kalimat setelah ini bukan lebay, dan plis jangan menganggap ini sebuah kelebay-an. This is from the bottom of my heart, just for you.. #bletak



Okey, karena mukaddimahnya mulai menjurus jadi panjang, sa mulai saja.. *sedia notes, pen, stabillo :nyimak



Risma,



Hmm, Risma bagi sa adalah satu satu warna paling terang dalam hidup sa. Pastinya bukan hanya bagi sa, namun bagi teman-teman yang lain pula.



Bersama Risma, kebersamaan adalah keceriaan, penuh canda, tawa, cela (ups!). Selalu ada kelucuan-kelucuan dari dan untuk Risma. Bahkan terkadang, hanya dengan mengingat Risma, sa bisa tersenyum sampai tertawa sendiri (jadi berasa kayak pasien kakap ujung :no *ngebayangin monyet di gtalk).



Kalau dekat Risma, yang awalnya murung, manyun, pusing, mual, mules (halah), secara sim salabim langsung cling...cling..berubah jadi senyum, tawa, ceria, semangat, rasanya semua "setan-setan" yang berseliweran di kepala langsung wush..wush..hilang entah kemana.



Masih terekam jelas, setahunan lalu, saat sa bela-belain menghampiri risma dengan nangis-nangis bombai (ish, buka aib sendiri). Awalnya sih ekspresi Risma mendukung, kata-katanya penuh simpati. Namun..saat cerita sudah di penghujung waktu, mulai mimiknya berubah lucu, kata-katanya mengundang tawa. Pfhh..ga berasa lagi kalau sebelumnnya sembilu baru teriris-iris jutaan pisau (okey, ini lebay). Di jalan, sa senyum-senyum sendiri, hingga kemudian menyadari "eh, tadi kan sa cerita sedih, kenapa kayak jadi habis cerita lucu?" toeng.. But, Jazakillah khair, ukh.."masalah" itu terasa plong dan berakhir saat itu juga.. :)



Risma yang suka kodok,

"Emang kenapa kalau aku suka kodok?" ingin langsung tergelak sa saat membaca status Risma kala itu.



"Aaaargh, rasanya mau lompat aja dari lantai 2" tulis risma lain waktu.

"Jangan Risma, sayang lantainya" dan berbagai comment lain yang mengundang senyum.



Dan yang terbaru,

Mama...mama.. mama ini, mama itu..selama nyaris tiga jam kita di "hutan" itu (maaf, Risma..sa ketik ini sambil tertawa mengingat kejadian itu). Percaya ga, si pemanggil Mama kemarin begitu khawatir kalau Risma marah, berkali-kali ia tanyakan pada kami, "Dia marah ya?" :)



Risma,

ingatkah cerita tentang seorang anak dengan pribadi jempolan yang sa ceritakan lalu?

Saat pertama kali sa mendengar cerita itu, yang tertangkap ingatan sa adalah sosok Risma.

Risma yang baik, risma yang humoris, risma yang ceria, risma yang tak mudah marah, risma yang cepat memaafkan, risma yang optimis, risma yang paling cepat dalam membantu siapa saja, risma..risma...risma...



Risma sangat menyenangkan, tak setiap pribadi dapat menjadi seasik risma, seakan emosi dapat selalu stabil meski dalam amarah dan kegeraman yang dirasa. Bagi sa, Risma adalah salah satu warna paling terang dalam hidup sa.. Ana Uhibbuki Fillah.. Semoga Allah pertemukan kita sebagai sahabat di JannahNya.. :)





Yang menyayangi Risma,



Sarah

Tidak ada komentar: