Jumat, 20 Januari 2012

Cinta tak sama..

Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu..

Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu..



Terhenti gerak jariku mengetuk tuts-tuts keyboard saat lirik sendu itu tertangkap indera pendengaranku. Hh.. sosok itu. Beberapa hari ini aku kerap memikirkannya, rindukah? Sejujurnya Ya.



Bagaimana mungkin aku bisa tak merindunya, sedang hariku di masa-masa yang lalu dipenuhi oleh kehadirannya, candanya, tawanya, nasehatnya, semua perhatian dan pengertiannya. Dan kemudian aku terpaksa meninggalkannya karena laki-laki yang kukenal bahkan tak sampai setengah tahun. Laki-laki yang kemudian menjadi suamiku. Menyesalkah aku kini karena meninggalkannya? Padahal kusadari benar betapa cinta membuncah dalam dada pada sosok itu. Sosok yang kutinggalkan saat aku menikah.



Gundah. Perasaan apa ini? Ah, mungkin hanya rasa sesaat karena romansa masa lalu yang demikian melekat. Terlalu berlebihan jika rindu yang tiba-tiba menyergap membuatku berkesimpulan kalau aku menyesal pada pernikahanku. Tidak. Aku bahagia.. bahagia dengan keluarga kecilku ini. Hanya saja, hh..ya, aku merindunya, itu saja.



Aku mau mendampingi dirimu

Aku mau cintai kekuranganmu

Selalu bersedia bahagiakanmu, apapun terjadi..

Kujanjikan aku ada..



Kulihat kembali urutan lagu di media player yang telah kubuat random sebelumnya. Mengapa seolah saat ini yang teracak seakan menyindir mengingatkan perasaan masa lalu yang tak sadar mungkin masih terasa lekat di dada.



Bukannya mematikan, aku justru menikmatinya. Menikmati setiap slide rekaman masa lalu bersama sosok itu. Mengingat-ingat utuh wajahnya. Rahangnya yang tegas. Kulit coklatnya. Perawakannya yang kurus, tegap pasti setiap melangkah.



Aku akan selalu mendampinginya, seperti sosoknya yang selalu ada untukku. Janji itu, meski hanya dalam hati terucap berulang kali, namun begitu kuat mengakar berharap nyata. Ah, apa-apaan aku ini. Aku sudah menikah, dan sudah seharusnya suamikulah yang bertahta diingatanku, hatiku. Yang mencintaiku, dan juga selalu ada untukku. Seperti sosok itu..



Ah, lagi-lagi sosok itu, ada apa dengan aku ini? Sekuat apapun aku berusaha, tetap tak dapat menyangkal, aku masih dan selalu mencintainya. Aku merindukannya.



“Insya Allah melangkahlah, jika ada kebaikan datang pantaskah ditolak tanpa memegang alasan syar’i? Semoga Allah memudahkan niat baiknya dan niat baikmu menyempurnakan yang separuh menjadi utuh dalam keridhaanNya.” Jawaban mantapnya saat aku menyatakan bahwa aku akan menikah dengan laki-laki yang menjadi suamiku kini. Jawaban yang membuatku tergugu. Mengaduk-aduk perasaan. Entah bahagia atau nelangsa karena menyadari aku akan berpisah dengannya. Tak dapat melihatnya lagi setiap hari. Dan mungkin, tak dapat selalu bercengkerama canda padanya lagi, sesering biasanya.



Suamiku, maafkan aku karena membuatmu cemburu..

Maafkan aku karena ternyata cintaku untukmu belum utuh hanya satu

Maafkan aku yang tak dapat memungkiri betapa cintaku pada sosok itu masih demikian lekat menyengat dalam dekap..

Bukan aku tak mencintaimu, Suamiku..

Bukan..

Aku mencintaimu dan akan terus mencintaimu..

Cinta yang terus tumbuh berkembang hingga ke JannahNya, insya Allah..

Namun cintaku pada sosok itu berbeda,

Cinta yang tak dapat kujelaskan dengan kata..

Cinta yang tak dapat kuhapuskan meski..meski ku telah menikah denganmu..

Maafkan aku..

Maafkan aku..

Kuyakin kau pasti memahaminya..



Rindu ini, rindu yang menyergap kuat tak terbantah, aku hanya ingin mengetahui kabarnya. Itu saja. Memastikan saat ini sosok itu baik-baik saja. Dan, yah..semoga sosok itu menangkap rinduku..



Teruntuk lelaki pertama yang kucintai dan mencintaiku, apa kabar?

Semoga rinduku sampai padamu, semoga sehat selalu..



With love, Ayah..



Sent mail



Lega…

Tidak ada komentar: