Rabu, 16 Maret 2011

Knowing for Doing

Sambil memegang buku tebak-tebakan Pak Syahnan bertanya kepada anaknya yang baru kelas tiga SD " Coba tebak apa yang paling besar di muka bumi " , " gajah " jawab adiknya yang kelas satu SD memotong jawaban kakaknya " gunung " jawab si kakak tidak mau kalah. Pak Syahnan hanya tersenyum sambil melirik kunci jawaban yang ada di buku " ya semua benar, tapi ada yang lebih tepat, yaitu fikiran " , " loh kok bisa gitu yah " tanya si adik penasaran , " karena gajah dan gunung bisa masuk kedalam fikiran kalian sedangkan gajah dan gunung terkadang tidak bisa menahan beban fikiran manusia" jawab Pak Syahnan walau dia sadar bahwa kedua anaknya tidak begitu memahami apa yang dia maksud sambil fikirannya menerawang jauh ke Irian Jaya dimana gunung emas telah berubah menjadi lembah limbah, tempat kehebatan eksplorasi pikiran manusia yang di tunggangi nafsu keserakahan.

Tanpa kita sadari apa yang kita perbuat, alat yang kita gunakan, tempat yang kita diami , dan apa yang kita kenakan merupakan adaptasi dari hasil pikiran manusia yang terus berkembang, jika jarak antara satu benda dengan benda lain tidak bisa di perpendek maka waktu untuk menempuhnyalah yang di persingkat, dahulu untuk menerima informasi melalui pos di butuhkan waktu berhari-hari dan hari ini berubah menjadi hitungan detik. Namun ketajaman daya jelajah fikiran tidak bisa membentuk karakter. Keimanan tidak bisa mengakar hanya dengan mengkonsumsi berbagai informasi baik berupa buku, ebook hadist , tafsir dan berbagai artikel yang 'menyentuh' yang menyebar lewat milis maupun yang tertempel di mading masjid, karena semuanya di bentuk dari dalam diri lewat proses pembiasaan.

" Seseorang bisa saja memiliki pengetahuan berkat pengetahuan orang lain tetapi sulit seseorang menjadi bijaksana dengan hanya menyaksikan kebijaksanaan orang lain " ( de montaigne)

semoga bermanfaat yaa teman2..

Tulisan ini adalah proses pendefinisian keadaan dan hal ini mudah dilakukan oleh siapapun tetapi yang paling sulit adalah merealisasikan definisi ini menjadi " something to do " . Entah benar atau tidak seorang ustadz pernah berkata perbedaan seorang muballig dan da'i di lihat dari proses pencontohannya kepada masyarakat, muballig lebih sering lewat mulut sedangkan da'i ditindak lanjuti dengan perbuatan. Lalu bagaimana dengan kita ?

"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan" (QS 63:3)

Salam

Tidak ada komentar: