Rabu, 16 Maret 2011

Hadiah Cinta seorang ibu

``Bisa saya melihat bayi saya?`` pinta seorang ibu yang baru
melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke
tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki
yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya
segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu
dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh
menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya
saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan
wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak
lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu
terisak-isak berkata, ``Seorang anak laki-laki besar mengejekku.
Katanya, aku ini makhluk
aneh.`` Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan
cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan
bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua
kelas. Ibunya mengingatkan, ``Bukankah nantinya kau akan bergaul
dengan remaja-remaja lain?`` Namun dalam hati ibu merasa kasihan
dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang
bisa mencangkokkan telinga untuknya. ``Saya percaya saya bisa
memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang
bersedia mendonorkan telinganya,`` kata dokter. Kemudian, orangtua
anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan
mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil
anak lelakinya, ``Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia
mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah
sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,``
kata sang
ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah.
Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun
menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang
diplomat. Ia menemui ayahnya, ``Yah, aku harus mengetahui siapa yang
telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu
yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.`` Ayahnya
menjawab, ``Ayah
yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah
memberikan telinga itu.`` Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan,
``Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui
semua rahasia ini.``

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan
rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga
itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah
ibunya yang baru
saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut
jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga
tampaklah.... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. ``Ibumu pernah
berkata bahwa ia
senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,`` bisik sang ayah. 'Dan tak
seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya
bukan?'

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di
dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa
terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati
tidak terletak
pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang
telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Tidak ada komentar: